JAKARTA - Vitamin D bukan hanya penting untuk kesehatan tulang dan sistem imun, penelitian terbaru menunjukkan asupan yang cukup dari vitamin ini juga bisa menurunkan risiko terkena kanker kolorektal secara signifikan hingga 58 persen.
Kanker kolorektal meliputi kanker usus besar dan rektum memang merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di dunia. Para peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor nutrisi yang bisa membantu mencegahnya dan vitamin D menjadi salah satu kandidat utama.
Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nutrients, para peneliti menganalisis data dari 50 studi yang melibatkan orang dewasa dengan kanker kolorektal, kekurangan vitamin D, atau yang mengonsumsi suplemen vitamin D. Hasilnya menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal.
“Menjaga kadar vitamin D tetap optimal dan memastikan asupan dari makanan atau suplemen sangat penting dalam mencegah kanker kolorektal serta meningkatkan prognosis pasien,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut, dikutip dari laman Hindustan Times.
Data dari beberapa penelitian besar sebelumnya juga memperkuat temuan ini. Salah satunya adalah Nurses’ Health Study, yang menemukan bahwa perempuan dengan asupan vitamin D tertinggi memiliki risiko 58% lebih rendah terkena kanker kolorektal dibandingkan mereka yang memiliki asupan rendah. Penelitian lainnya menyebutkan asupan vitamin D tinggi dapat menurunkan risiko kanker ini hingga 25%.
“Temuan ini diperkuat oleh banyak data epidemiologis, menjadikan vitamin D sebagai salah satu faktor nutrisi paling masuk akal secara biologis dan paling banyak diteliti dalam konteks pencegahan kanker kolorektal,” ujar Veronika Fedirko, Ph.D., profesor bidang pencegahan kanker di The University of Texas MD Anderson Cancer Center.
BACA JUGA:
Menurut Dr. Wael Harb, ahli onkologi medis dari MemorialCare Cancer Institute, vitamin D memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh dan regulasi peradangan.
“Vitamin D membantu mengatur respons imun tubuh,” katanya.
Vitamin D juga bekerja melalui reseptor khusus (VDR) ada di jaringan usus besar yang memengaruhi ekspresi gen terkait pertumbuhan dan kematian sel.
Scott Keatley, ahli gizi dari Keatley Medical Nutrition Therapy menambahkan bahwa kadar vitamin D yang rendah bisa melemahkan mekanisme pertahanan alami tubuh, memungkinkan sel abnormal bertahan dan berkembang di usus besar.
“Vitamin D juga membantu mengurangi peradangan yang jika tak terkendali, bisa meningkatkan risiko pembentukan tumor,” tambah Dr. Harb.
Menurut Mónika Fekete, Ph.D., penulis utama studi dan profesor di Semmelweis University, beberapa kelompok yang paling rentan terhadap kekurangan vitamin D adalah lansia, orang yang jarang terkena sinar matahari, pemilik warna kulit lebih gelap, atau orang dengan penyakit kronis.
“Vitamin D memang bukan pengganti skrining atau gaya hidup sehat, tetapi merupakan faktor penting yang dapat dimodifikasi dan patut diperhatikan, terutama pada individu dengan risiko tinggi,” kata Fekete.
Menurut National Institutes of Health (NIH), orang dewasa sebaiknya mendapatkan 600 IU vitamin D per hari, sementara untuk usia 70 tahun ke atas disarankan 800 IU. Sumber alami vitamin D antara lain sinar matahari, minyak hati ikan, ikan berlemak seperti salmon dan trout, jamur, serta makanan yang difortifikasi seperti susu dan sereal.
Meski kebanyakan orang bisa mencukupi kebutuhan vitamin D dari makanan dan sinar matahari, sebagian tetap memerlukan suplemen.
"Jika Anda memiliki kadar vitamin D rendah, suplemen vitamin D3 (kolekalsiferol) lebih efektif dibandingkan vitamin D2." ujar Keatley.
Ia merekomendasikan dosis harian 1.000–2.000 IU, namun tetap perlu konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Karena vitamin D larut dalam lemak, Keatley menyarankan untuk mengonsumsinya bersamaan dengan makanan berlemak agar penyerapannya lebih optimal.